Minggu, 26 Agustus 2012

Kejutan

Diposting oleh gaprut :D di 8/26/2012 12:57:00 PM
“Ki ... Ki ... Ciki, eh kalo loe gak dengerin gue loe bakal dalam masalah besar” bisik Lita khawatir.
“Apa sih Lit ... udah deh gue baik-baik aja ah.. hoaammm” cuek Ciki sambil ngulet.
“Drap drap drap” derap langkah pak Yoko yang mendekat cuma bisa bikin Lita mringis merinding. “Ciki Ciki!!” suara khas kebapak-bapakan yang paling horor buat didengar terdengar sedikit marah.
Tundukan tidur Ciki di mejanya udah gak senyaman beberapa menit yang lalu, dalam sadar dia mulai mengatur strategi supaya gak kena marah. “Iya pak?” jawab Ciki sok lemas sambil perlahan mengangkat kepalanya.
“Kamu tidur ya? Saya menyampaikan materi virus sama sekali tidak mengandung unsur dongeng. Bisa-bisanya kamu tidur.”
“Hehe, maaf pak. Saya agak pusing sedikit nih pak, mau ninggalin kelas saya nggak enak kan pelajarannya Pak Yoko cuma sekali seminggu nih.”
“Benar kamu pusing? Kalau begitu ke UKS saja, kamu boleh istirahat dulu. Tapi pastikan kamu meminjam catatan teman kamu untuk mengejar ketertinggalan,” jiwa disiplin tinggi Pak Yoko muncul.
“Trimakasih pak.” Senyum manis yang dia punya Ciki tujukan buat Lita teman sebangkunya yang memperhatikan dia sambil geleng-geleng.
Waktu keluar kelas jelas aja dia bisa jalan segar bugar. Ciki itu anaknya jarang sakit, karna dia suka makan buah sama olahraga. Dengan begitu semangatnya dia masuk ruang UKS tanpa terbesit rasa bersalah sedikit pun dihatinya. Dia merebahkan badannya di kasur yang lumayan untuk  menghabiskan waktu. Dia goyangkan gantungan handphone bebeknya, paruhnya bisa terkatup-katup bila digoyangkan. Masih bosan, 30 menit menjelang waktu istirahat terasa begitu lama.
Saatnya beraksi pikirnya, dia mencoba melongok ke seberang, kelas XI IPA 1 kelas dimana berada pujaan hatinya, Vino. Penglihatan dari sela-sela kaca jendela tidak memuaskan baginya. Karena begitu ingin memperhatikan, dia berjalan ke pintu ruang UKS. Bel istirahat berdering. Ciki kaget, seorang yang keluar pertama kali dari kelas tersebut adalah Vino.
Gerak tubuh Ciki yang tidak wajar, menjinjit seperti seorang anak kecil didalam kerumuman yang ingin tau sesuatu hal, tertangkap mata Vino. Ciki gelagapan, salah tingkah dan mukanya memerah. Sempat gadis manis ini melihat senyum tipis terbesit diwajah rupawan Vino. Tapi ini malah membuatnya merasa aneh, dia menunduk seketika, dan berusaha bersikap senormal mungkin.
“Ciiikkiiiiiiiii, ya ampun Cikiiii ah gimana sih .....” suara lembut Lita terdengar gemas.
“Hehe, apa sih?” respon pertama Ciki untuk kalimat Lita yang tidak jelas. “Tarik gue ke kelas cepet,” bisik Ciki.
“Ha? Emang kenapa?” Lita ikut berbisik, sambil cepat menarik Ciki tanpa menunggu jawaban. Sempat Lita ingin menengok ke belakang tapi tertahan oleh tatapan larangan Ciki.
Sejurus setelah agak menjauh dari pandangan Vino, Ciki heboh. “Aaaahhhhh tadi Vino ngeliatin guueee. Salah tingkah gue, malaikat banget deh loe, untung loe datang, makasi Lita, muaah.” Senyum Ciki lebar tak tertahankan.
“Oohh pantes, dasar!” Cubitan kecil mendarat di kulit Ciki. “Eh tadi kok loe bisa tidur gitu sih?” Lita terus berbicara tanpa menghiraukan raut wajah cemberut Ciki yang kesakitan.
Mata Ciki mengerjap karena mendapatkan pertanyaan yang penting baginya. “Gue nyelesaiin sweater rajut buat Vino.”
“Waaahhh, pasti bakal terhujam banget tuh jantungnya si Vino” Lita tertawa kecil.
Sedetik kemudian raut wajah Ciki datar, dan diam. “Eh, kenapa Cik?” Lita memperhatikan dan mendekat.
“Gue gak tau nanti berani ngasihin apa nggak, sweater rajut itu terlalu konyol.”
“Ah Cik ayolah, gue hafal banget gimana hasil rajutan-rajutan elo, udah setara banget kayak yang ditoko-toko. Kayaknya bukan itu deh alasan yang tepat buat jelasin ketakutan loe.”
Ciki menoleh dan menatap Lita “Iya Lit, gue yang takut. Begonya gue bener-bener bikin dan nyelesaiin sweater itu.”
“Kok bego? Bagus dong, jadi gak loe simpen sendiri aja tuh perasaan dari kelas X. Ini waktu yang tepat buat dia tau.”
“Gue gak ada nyali buat itu ...”
“Tapi setidaknya loe jangan sia-siain karya keren abis itu deh. Apa salahnya memberikan sebuah hadiah di hari ulang tahunnya? Loe udah bela-belain buat itu sweater masak nyerah buat diakhir doang sih?”
“Okelah, masih dipertimbangkan.”
“Haha gitu dong,” goda Lita. “Ada yang perlu gue bantu nih buat kado ultahnya dia? Kurang 2 hari lagi kan?”
“Nggak ada kok Lit, udah beres, tinggal bungkus doang.” Ciki tersenyum sebagai tanda trimakasih.
Kemudian Ciki kembali membahas kejadian di UKS tadi, membuat dua sahabat ini tertawa bersama.
2 hari berlalu. Pagi ini Ciki sudah membawa kotak kado buat Vino yang dihiasnya rapi dan indah. Dia sengaja datang pagi sekali, agar tidak terlalu banyak teman lainnya yang tau. Ciki hafal bahwa Vino suka datang ke sekolah pagi sekali. Jadi ini waktu yang tepat dari pada harus menenteng kotak kado dan berjalan ke kelas Vino di jam istirahat nanti, pikirnya.
Jantungnya sudah cukup berdetak begitu cepat dengan hanya menatap kado itu sendiri. Sedari tadi dia menenangkan hatinya untuk terlihat biasa saja. Semakin cemas juga mengingat Lita belum datang. Memang Ciki sadar jam 6 pagi ini adalah permintaan yang terlalu berat bagi Lita untuk ada di sekolah. Karena rumah Lita memang agak jauh.
Bila harus menunggu Lita datang, Ciki takut malah nanti banyak anak yang menyaksikan aksi keramat ini, menurutnya. Jadi dia bergegas meluncur ke kelas Vino. Yang padahal dia hanya bisa melangkah kecil karna detak jantungnya yang mulai memainkan musik hardcore.
“Hai Ciki, selamat pagi.” Tak disangka-sangka Vino si rupawan menyapanya seperti itu, apalagi mereka jarang berbicara. Karna mereka hanya sebatas kenal di club baca SMA Cendika. Yang aktivitasnya kebanyakan membaca di perpustakaan, mengakibatkan dia susah cerewet untuk mencari tahu banyak tentang Vino.
Akibat deg-degan hati Ciki yang begitu dahsyat, sedari tadi dia hanya bisa jalan sambil menunduk, sehingga tak sadarkan diri bahwa sudah berada di depan kelas Vino. Apalagi melihat Vino yang berada di depan kelas. Senyum manis ramah Vino membuatnya lebih mudah merasakan dingin di pagi cerah itu. “Pagi Vino.” Masih kata itu yang bisa terucap.
“Apa itu? Kado? Aku lagi ulang tahun loh, buat aku ya?” Canda Vino saat melihat apa yang dipegang Ciki.
“Hehe, iya ini memang buat kamu. Selamat Ulang Tahun Vino.” Senyum Ciki tulus sambil menyodorkan kado tersebut.
“Wah, trimakasih ya, boleh dibuka dong?” Vino menatap Ciki senang.
“Iya boleh.” Dengan sedikit ketakutan dalam hati Ciki, cocokkah ukuran sweater itu dengan ukuran Vino.
Sebuah sweater rajut berwarna biru terang dipandangnya dengan ekspresi seperti yang diharapkan Ciki. Vino kenakan sweater itu, ternyata lengannya terlalu panjang satu lipatan.
“Aahhh ... lengannya ...” ucap Ciki dengan ekspresi menganga “sini aku bisa benerin lagi kok,” lanjut Ciki.
“Haha gak usah, kamu gimana sih.. baru juga dikasihkan aku kok langsung diminta lagi?” Vino gemas. “Biar gini, aku suka kok. Jadi makin suka Cikinya juga.” Vino berkata dengan mantap.
Ciki terkejut dengan kalimat Vino barusan. Dia tak menyadari sama sekali bahwa Vino juga menyukainya sejak lama. Jantungnya mulai memainkan musik hardcore lagi. Dia sampai tidak bisa berkata apa-apa. Seperti selayaknya tingkah seorang anak remaja yang tertusuk panah cinta. Kini dia rasakan dunia begitu indah. Lita, dia benar-benar harus bertrimakasih pada Lita pikirnya, karna dia yang membantunya memberikan kekuatan untuk mengembalikan keberaniannya.
“Di hari ulang tahunmu ini, jadi siapa yang benar-benar dapat surprize? Aku atau kamu Vin?” ucap Ciki dengan senyum lebar-lebar.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Cerewetnya Aku Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei